Berikut daerah-daerah rawan longsor yang dapat anda waspadai :
1. Ciandur, Pandeglang - Banten
2. Cariu, Jonggol - Jawa Barat
3. Cisarua, Bogor - Jawa Barat
4. Lebakwangi, Kuningan - Jawa Barat
5. Tanjungsiang, Subang - Jawa Barat
6. Buahdua, Sumedang - Jawa Barat
7. Cibatu, Garut - Jawa Barat
8. Cikoneng, Ciamis - Jawa Barat
9. Kadugede, Kuningan - Jawa Barat
10. Kadungora, Garut - Jawa Barat
11. Paseh, Sumedang - Jawa Barat
12. Salawu, Tasikmalaya - Jawa Barat
13. Tanjungsari, Sumedang - Jawa Barat
14. Wanayasa, Purwakarta - Jawa Barat
15. Cilacap Tengah, Purwokerto - Jawa Tengah
16. Gubug, Demak - Jawa Tengah
17. Gundih, Purwodadi - Jawa Tengah
18. Karang Pucung, Purwokerto - Jawa Tengah
19. Kemranjen, Banyumas - Jawa Tengah
20. Kertek, Wonosobo - Jawa Tengah
21. Majenang, Purwokerto - Jawa Tengah
22. Pegerruyung, Kendal - Jawa Tengah
23. Maos, Purwokerto - Jawa Tengah
24. Peninggaran, Pekalongan - Jawa Tengah
25. Wangon, Purwokerto - Jawa Tengah
26. Wonosobo, Wonosobo - Jawa Tengah
27. Kalitidu, Bojonegoro - Jawa Timur
28. Ngadirejo, Pacitan - Jawa Timur
29. Panarukan, Situbondo - Jawa Timur
30. Sambit, Ponorogo - Jawa Timur
31. Sapiturang, Lumajang - Jawa Timur
32. Pujon,
33. Sukasada, Buleleng -
34. Baturiti, Tabanan -
sumber Cybermap.co.id
1 komentar:
Berikut daerah-daerah rawan longsor yang dapat anda waspadai :
1. Ciandur, Pandeglang - Banten
2. Cariu, Jonggol - Jawa Barat
3. Cisarua, Bogor - Jawa Barat
4. Lebakwangi, Kuningan - Jawa Barat
5. Tanjungsiang, Subang - Jawa Barat
6. Buahdua, Sumedang - Jawa Barat
7. Cibatu, Garut - Jawa Barat
8. Cikoneng, Ciamis - Jawa Barat
9. Kadugede, Kuningan - Jawa Barat
10. Kadungora, Garut - Jawa Barat
11. Paseh, Sumedang - Jawa Barat
12. Salawu, Tasikmalaya - Jawa Barat
13. Tanjungsari, Sumedang - Jawa Barat
14. Wanayasa, Purwakarta - Jawa Barat
15. Cilacap Tengah, Purwokerto - Jawa Tengah
16. Gubug, Demak - Jawa Tengah
17. Gundih, Purwodadi - Jawa Tengah
18. Karang Pucung, Purwokerto - Jawa Tengah
19. Kemranjen, Banyumas - Jawa Tengah
20. Kertek, Wonosobo - Jawa Tengah
21. Majenang, Purwokerto - Jawa Tengah
22. Pegerruyung, Kendal - Jawa Tengah
23. Maos, Purwokerto - Jawa Tengah
24. Peninggaran, Pekalongan - Jawa Tengah
25. Wangon, Purwokerto - Jawa Tengah
26. Wonosobo, Wonosobo - Jawa Tengah
27. Kalitidu, Bojonegoro - Jawa Timur
28. Ngadirejo, Pacitan - Jawa Timur
29. Panarukan, Situbondo - Jawa Timur
30. Sambit, Ponorogo - Jawa Timur
31. Sapiturang, Lumajang - Jawa Timur
32. Pujon,Malang - Jawa Timur
33. Sukasada, Buleleng -Bali
34. Baturiti, Tabanan -Bali
sumber Cybermap.co.id
Saya pernah menjadi ‘reporter perintis’ manakala program ini digelar tahun 2002 lalu. Sungguh menyenangkan pengalaman itu. Kini, meski tak lagi bersama kawan – kawan Trijaya, saya punya sedikit catatan untuk program liputan mudik yang saat itu membuat bersemangat untuk senantiasa melaporkan segala sesuatu yang dihadapi saat mudik. Terima kasih untuk Trijaya yang memberi kesempatan saya untuk mendapat pengalaman di network yang dahsyat ini :
Di setiap lebaran sejumlah radio jaringan akan mempunyai kerja besar dengan menyelenggarakan peliputan arus mudik dan arus balik. Bahkan, sebuah radio berjejaring besar menyebut program ini akan direlay oleh sekian puluh radio dan didukung oleh sekian ratus reporter.
Dahsat memang. Jutaan pemudik akan memperoleh informasi mengenai kondisi terkini jalur yang akan mereka lalui. Mereka akan akan dipandu melalui radio mitra yang di sepanjang jalur mudik [ada yang memulai dari Lampung hingga Denpasar].
Untuk menyelenggarakan program ini radio mitra di daerah secara langsung harus menyediakan ‘space’ untuk merelay siaran tersebut. Tidak hanya itu, radio mitra ini juga dilibatkan dengan melibatkan kru atau reporter untuk melaporkan kondisi di daerahnya.
Keterlibatan stasiun – stasiun radio mitra dalam program semacam ini juga akan membuat lebih dikenal karena logo dan nama mereka akan dicantumkan dalam booklet yang diberikan kepada pemudik. Selain itu, nama mereka secara berkala juga disebut di saat siaran relay berlangsung.
Begitulah program ini, memang menjadi agenda tahunan yang membutuhkan tenaga ekstra. Ini tak lain karena biasanya program semacam ini berlangsung dari dinihari ke dinihari atau 24 jam. Jadi, pada waktu – waktu tertentu pemudik dapat senantiasa memproleh informasi setiap saat mulai dari kondisi jalan yang akan mereka lalui. Program ini juga didukung dengan layanan 24 jam untuk menginformasikan mengenai SPBU, rumah sakit, bengkel, hingga rumah makan yang terdekat. Selain itu, radio penyelenggara juga menyebar brosur yang berisi beragam informasi layanan termasuk stasiun radio yang menyiarkan program mereka.
Informasi ini diharapkan dapat membantu pemudik untuk menemukan gelombang frekuensi stasiun radio yang terdekat untuk memantau informasi mudik yang dipancarulangkan radio mitra di daerah. Dengan demikian, para pemudik dapat selalu memantau perkembangan informasi terkini hingga kampung halaman atau sebaliknya.
Kondisi semacam ini, mengharuskan stasiun penyelenggara relay untuk mencari radio mitra yang sedapat mungkin satu format atau paling tidak mendekati format siaran mereka. Ini untuk menjaga agar para pemudik dapat terus memantau siaran mereka. Bisa dibayangkan jika si penyelenggara biasa memutar adult contemporary lalu bermitra dengan stasiun radio dangdut - misalnya. Para pemudik yang terbiasa mendengar siaran mereka di Jakarta, di perjalanan mudik kemudian mencari gelombang stasiun radio mitra, akan kecewa jika stasiun radio mendengar sesuatu yang kurang biasa. Dari pada tak nyaman – bisa jadi -- lebih baik pindah gelombang.
Ini baru soal format musik. Program ini juga melahirkan reporter dadakan, sebab tidak semua radio mitra di daerah mempunyai reporter sebagaimana dimiliki oleh stasiun radio yang terbiasa dengan liputan atau reportase. Jika demikian, akan lain pula penyampaiannya atau yang terbiasa reportase dan yang kurang terbiasa menyampaikan laporan.
Dengan kata lain, untuk mempertahankan pemudik agar tetap bertahan di satu program yang disiarkan banyak radio bukan perkara mudah. Namun, hal ini bukan tidak mungkin dilakukan dengan pendekatan solusi. Pertama, peliputan ini akan lebih optimal jika radio partner di daerah yang mempunyai format – paling tidak untuk musik yang sejenis, atau jika penyelenggara relay radio berita yang tidak memutar musik dapat memutar lagu yang digemari target audience mereka. Bermitra dengan stasiun radio yang mempunyai program berita akan lebih baik, karena memiliki reporter yang dapat mendukung penuh program ini. Kedua, bermitra dengan stasiun radio yang berkerja di jalur FM akan lebih memudahkan mendengar selalu memantau perkembangan informasi di jalur mudik . Bekerja sama dengan radio di luar jalur FM akan menyulitkan pendengar [pemudik], karena mereka harus mengubah gelombang dan mencari gelombang, disamping kualitas suara yang kurang mendukung. Ketiga, program pendukung seperti layanan informasi dan penyebaran booklet program ke pemudik harus lebih masiv – hingga pemudik merasa dimudahkan.
Sementara itu bagi stasiun radio mitra juga perlu mempertimbangkan sejumlah hal jika berkeinginan terlibat dalam sindikasi program semacam ini. Ini antara lain dikarenakan stasiun radio mitra di daerah juga tidak semua siaran 24 jam. Padahal, program ini mengharuskan mereka menambah jam siaran. Belum lagi dari sisi marketing dan program. Tak dapat dihindari pemasukan dari program ini akan dihadapkan pada berapa lama program tersebut akan menghabiskan slot iklan setiap jamnya. Selain itu, perlu pula penyesuaian program yang sudah ada harus dengan hadirnya program tahunan ini.
Posting Komentar